photo hhhhhhhhiii_zps9dd37855.jpeg" />  photo hhdrhhdhdrhdh_zps2794a59b.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />

Senin, 31 Agustus 2015

Rekam Jejak: Sekilas Tentang GPMD SGMK Parepare

Sekilas Tentang GPMD SGMK Parepare


Latar Belakang
Pada dasarnya musti di akui bahwa gerakan mahasiswa di tahun-tahun terakhir menunjukkan kemundurannya dalam berbagai hal. Namun bukan berarti secara ke seluruhan mengalami kemunduran. Seperti halnya kelompok-kelompok mahasiswa yang berspekturm “kiri” atau berorientasikan pada perspektif Ekonomi-politik “Sosialisme”.

Di awal tahun 2011 terjadi pergulakan gerakan spekturm “kiri”. Dalam hal membicarakan perluasan setelah melihat situasi kondisi yang semakin menyesatkan namun secara kontradiktif memberikan suntikan semangat untuk lebih memasifkan gerakan kedepannya. Tidak terkecuali di daerah Polewali Mandar Sulawesi Barat. Polman pada waktu itu (dalam sektor Mahasiswanya) memang terlihat jelas kemudurannya, tapi di sektor lainnya yaitu pelajar dan pemuda justru sebaliknya. Terbukti organisasi pelajar FKSP semakin menajamkan eksistensinya dan juga terbukti mampu menjadi lumbung kader organisasi-organisasi spekturm Kiri khususnya di Sul-Sel-Bar.

Begitu pun juga dengan GPMD, GPMD merupakan program perluasan terkhusus di Kota parepare, Kab. Pinrang, dan Kab Barru. Namun karena keterbatasan penerus dan juga tidak mampunya FKSP (yang notabenenya sebagai lumbung kader) memberikan kapasitas keilmuan atau ketajaman perspektif sehingga membuat kader-kader yang dulunya maju pada masa-masa pelajar/siswa akhirnya demor dan menghilang saat menginjakkan kakinya di halaman kampus padahal kita semua ketahui bahwa dunia kampus atau mahasiswa lebih memberikan kontradiksi perjuangan yang keras di bandingkan dengan masa pelajar atau SMA/sederajat.

Setelah melihat situasi kondisi di Kota Parepare yang kemudian menjadi kota pilihan untuk Abd. Rachman dan Ahmad Audah El Fikri melanjutkan studynya. Akhirnya dan atas dasar program atau strategi taktik seperti yang di ungkapkan di atas memulai perjuangan membangun kelompok mahasiswa yang berorientasikan perjuangan klas pekerja. Abd. Rahman yang kemudian di sapa Ame’ dan Ahmad Audah El Fikri yang di kenal sebagai Ikkhy mengawali perjuangannya dalam membangun gerakan mahasiswa spekturm kiri dengan lebih memahami dan membaca situasi kondisi kampus masing-masing. Ame’ yang kuliah di STAIN Parepare melihat situasi kondisi yang tidak terlalu mampu memberikan semangat juang bagi para mahasiswa di dalamnya untuk lebih aktif atau bergulat di eksternal. Semua itu jelas karena regulasi-regulasi atau kebijakan pemerintah dan pihak kampus di keluarkan jelas pro terhadap pemodal, memaksa mahasiswa secara tidak langsung lebih aktif di dalam kampus di bandingkan di eksternal kampus.

Berbeda dengan STAIN, UMPAR justru lebih memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap apa yang menjadi tujuan Ame’ dan Ikkhy. Melihat sikon UMPAR yang lebih keras dan memberikan kontradiksi yang jelas terhadap gerakan mahasiswa juga masih banyaknya aktivis-aktivis radikal yang berkeliaran walaupun dari kelompok cipayung.

Underground menjadi strategit taktik pertama yang mereka lakukan sebagai calon organisasi yang bagi kelompok-kelompok cipayung yang sudah eksis terlebih dahulu menjadi sebuah wabah yang harus di hancurkan.

Bertemu Dengan Safri/Pallik
Berjuang dengan daya serta kapasitas keilmuan yang masih kurang membuat perjuangan atau cita-cita Ame’ dan ikkhy terlihat jelas pasang surutnya, namun bagi mereka itulah proses perjuangan yang di yakini memang berdialektika.

Dengan memulai dari pendekatan persuasif antara sesama teman atau saudara sekampung, mereka berfikir akan lebih memberikan perubahan walaupun tidak terlalu signifikan, setidaknya menambah pelopor-pelopor atau personil juang seperti yang selalu di katakan Ame’. Dan memang benar hal itu memberikan sedikit keterangan akan alur perjuangannya, emosional yang sudah terbangun diantara sesama mahasiswa paguyuban memberikan sedikit celah bagi Ame’ dan Ikkhy untuk memulainya dari lingkungan sendiri yaitu merekrut saudara sekampung untuk menjadi langkah awal berkibarnya kain perlawanan di Kota parepare

Aura perjuangan sudah mulai terasa semenjak bergabungnya Safri atau pallik di dalam barisan pejuang pembebasan ini, dengan ikrar suci dan konsolidasi non-formal di lapangan A. Makkasau dengan beberapa program dan stratak yang terurai sebagai bentuk manifestasi dari keseriusan dan keyakinan Pallik, Ame’ dan Ikkhy untuk membangun atau membentuk organisasi massa mahasiswa yang berorientasikan perjuangan klas dan berlandaskan materialisme dialektika history.

Gerak-gerik mulai mereka tajamkan, kekompakan semakin mereka eratkan walaupun tak jarang kritik oto kritik di lontarkan namun semua itu adalah proses untuk lebih mematangkan perspektif klasnya hingga akan mampu menopang perjuangan kedepan yang masih sangat jauh dan tingkatan rintangan yang lebih sulit.

Bolak-balik UMPAR dan STAIN menjadi aktifitas keseharian bahkan terkadang kuliah pun di tinggalkan demi cita-cita pembangunan gerakan ini. Walaupun pada akhirnya semua itu pun menjadi sebuah kritik balik kepada mereka bahwa dalam perjuangannya bukan berarti harus meninggalkan kuliah. Persuasif atau individu ke individu merupakan metode awal untuk melancarkan agitasi dan propaganda, hingga pada akhir 2013 berhasil mengumpulkan beberapa calon anggota yang di dominasi oleh perempuan.

Tanggal 12-13 November 2013 menjadi hari bersejarah dalam rekam jejak GPMD karena di hari itulah menjadi awal berkumpulnya beberapa mahasiswa yang bersepakat untuk berjuang bersama, dan juga berkat bantuan dari kawan-kawan FMD Makassar yang menjadi fasilitator dalam acara pembaptisan Ame’ Pallik, Ikkhy, dan 6 orang cewek lainnya yang kemudian sepakat akan berjuang bersama dalam garis berlawan yang satu landasan yaitu perjuangan klas pekerja. Awalnya, GPMD yang kemudian di singkat Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik belum pernah terucapkan bahkan sama sekali tidak pernah terfikir akan nama organisasi itu, karena pada awalnya pun setelah pendidikan di tanggal 12-13 november itu, kesepakatan yang lahir dari Ame’ Ikhhy, dan Pallik adalah menggunakan nama FMD (Front Mahasiswa Demokratik) yang secara tidak langsung secara struktural berhubungan dengan FMD Makassar. namun ternyata hal tersebut akhirnya tidak terealisasikan karena ketidakefesiennya gerakan kedepan ketika teritori atau sel-sel yang di buat dengan identitas yang sama, walaupun pada lanjutannya pun hal tersebut masih menuai pendiskusian.

Pertengahan desember barulah kemudian Nama GPMD berhasil di susun oleh Ikkhy dan Ame’ di dalam kamar kostnya, yang dengan berbagai macam opsi yang lahir diawalnya, seperti FORMASI (Forum Mahasiswa Demokrasi), NAPAK (Naungan Pemuda Kerakyatan), JMD (Jaringan Mahasiswa Demokratik), GPMD (Gabungan Pemuda Mahasiswa Demokratik), dan Akhirnya terpilih GPMD (Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik).

Aura semangat semakin terpancar dari kader-kader GPMD yang secara organisasional belum mendeklarasikan diri itu, terbukti geraknya semakin masif walaupun masih terbilang underground atau bawah tanah itu (sembunyi-sembunyi). Situasi kondisi memaksa GPMD bermain di dua kaki. Pertama melakukan penyusupan terhadap organ-organ cipayung dan juga melakukan perekrutan secara sembunyi-sembunyi (masih dengan metode persuasif).

Terpaksa Muncul Kedaratan
Aroma menyengat mulai tercium oleh kelompok-kelompok cipayung, GPMD mulai di selidiki bahkan tak jarang terdengar intrik dan intimidasi bentuk psikologi (Non-Fisik) yang di lontarkan oleh kelompok cipayung yang sangat menentang berdirinya gerakan kiri di parepare. Hingga tersiar kabar bahwa salah-satu kelompok cipayung di STAIN Parepare berniat melenyapkan GPMD yang baginya sebagai racun mematikan.

Intimidasi tidak cukup sampai disitu, di ketahuinya Ame’ sebagai salah-satu penggagas GPMD ini akhirnya membawa berbagai macam cobaan yang tidak mudah bagi Ame’ bahkan sempat ia berfikir untuk menyudahi semuanya atau mengubur dalam-dalam mimpinya itu (membubarkan GPMD). Ame seringkali di interogasi oleh beberapa senior yang notabenenya adalah pentolan-pentolan cipayung yang mendominasi STAIN. Kampus yang kental dengan budaya senioritasnya memaksa Ame’ untuk tetap tunduk kepada pentolan-pentolan tersebut.

Ame’ beberapa kali di interogasi bahkan seringkali mendapat intimidasi walaupun tidak berbentuk kontak fisik layaknya seorang tahanan politik yang di tahan oleh koramil di zaman 98 dahulu. Walaupun tekanan dari para senior sekampung dan sekampus seakan mengingat Ame’ namun bukan berarti memutus komunikasi dengan Ikkhy dan Pallik yang belum di ketahui posisinya itu untuk terus membicarakan strategi taktik yang harus di lakukan GPMD dengan kondisi yang terhempit itu.

Hari-hari demi hari terlalui, waktu demi waktu berlalu yang senantiasa meninggalkan kondisi-kondisi yang berdialektis kemudian selanjutnya memaksa kader-kader GPMD ini untuk mampu atau kembali menajamkan pembacaan situasi kondisinya. Hingga suatu waktu, entah hidayah seperti apa yang di dapati GPMD sehingga keberanian untuk muncul kedaratan itu akhirnya menggebu dan bergejolak. Layaknya sebuah insureksi di tengah krisis, Ame’ melepaskan diri dari tekanan senior. Ikkhy, Pallik dan kader-kader perempuan lainnya mulai membuka topeng dan juga memunculkan diri ke daratan. Jelas ini menjadi pukulan yang sangat berat bagi para senior. GPMD mulai diserukan, tulisan-tulisan sudah mulai mengotori dinding-dinding usang kampus dan juga mulai di gumam-gumamkan oleh mulut-mulut mahasiswa terkhusus di UMPAR.

Namun tidak semudah membalikkan telapak tangan sebuah kesuksesan atau eksistensi yang sudah di tangan Kader-kader GPMD, terbukti bahwa di tengah himpitan intimidasi yang sudah mulai berkurang dari kelompok dan person lain dan justru sebaliknya GPMD sudah mulai di akui dan disegani, namun kembali lagi GPMD mengalami masa kritisnya. Kemunduran itu selain intimidasi tersebut juga di dapatkan dari regulasi kampus dan kegiatan-kegiatan lainnya dari keluarga pagutuban yang memang di sadari kader-kader GPMD berasal dari satu daerah yang sama. Dan juga tidak terlepas dari aktifitas kadernya yang secara individu menyibukkan.

Mundurnya 4 orang kader termasuk Sekretaris Jenderal menjadi akibat dari semua masalah di atas. Dan terputusnya atau lebih kepada mis komunikasinya antara Ame’ dan pallik serta sibuknya Ikkhy dengan komunitas barunya (reggae Parepare). Dilain sisi yang menjadi penyebabnya juga adalah ketidak mampuannya GPMD memanage program yang harus di prioritaskan.

Tapi untungnya semua itu tidak berlarut-larut terbukti setelah masuk ke periode berikutnya pendidikan kembali di gelar dengan calon anggota yang berjumlah belasan orang. Hingga GPMD secara organisasional kembali jalan seperti biasanya bahkan lebih massif dan progres lagi.

Berjaring Dengan SGMK (Sentra Gerakan Muda Kerakyatan)
Kemassifan gerakan GPMD semakin di perlihatkan dengan ikut serta dalam pembangunan jaringan / organisasi Nasional bersama dengan organisasi-organisasi lainnya di setiap daerah. Pertemuan nasional yang di hadiri oleh Ame’ di cilember Bogor 26-27 Februari 2014 menjadi titik awal keikutsertaan GPMD dalam pembangunan organisasi nasional tersebut.

Di hari kamis, 04 April 2014 menjadi hari bersejarah berikutnya karena di hari tersebut GPMD secara organisasional mendeglarasikan diri sebagai organisasi yang sah secara pencatatan dan konstitusinya.

Pendidikan demi pendidikan serta agitasi dan propaganda kembali di masifkan oleh GPMD SGMK demi menopang perjuangan dalam skala kota parepare dan juga kelanggaman perjuangan dalam skala nasional yaitu dengan SGMK.

GPMD SGMK kini semakin massif saja terbukti berbagai macam kegiatan yang sudah di lakukan serta undangan diskusi dan konsolidasi dari kelompok cipayung pun sudah menjadi pembenar bahwa GPMD SGMK sudah tercatat sebagai salah satu organisasi eksternal kampus yang spekturm Kiri.

Ibaratnya sebuah Game, semakin bertambahnya level permainan akan bertambah juga tingkat kesulitannya. Begitupun juga dengan GPMD SGMK yang dengan kapasitas serta ketajaman perspektif yang sudah mulai terbangun juga semoga mampu melewati bergai macam rintang yang jelas lebih kuat juga dalam menghempas.

Salam Pembebasan, Salam Rakyat Pekerja !

Related Posts

Rekam Jejak: Sekilas Tentang GPMD SGMK Parepare
4/ 5
Oleh

Berlangganan Melalui email

Jika Anda Menyukai Postingan Kami, Silahkan Subcribe Untuk Mendapatkan Updatenya Melalui Email.