photo hhhhhhhhiii_zps9dd37855.jpeg" />  photo hhdrhhdhdrhdh_zps2794a59b.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />

Jumat, 04 September 2015

KENAPA HARUS BANGGA JADI AKTIVIS ?

KENAPA HARUS BANGGA JADI AKTIVIS ?


Pidato  Mandel  adalah polemik yang  sangat  hebat  terhadap kecenderungan "aktivisme" dan "spontanisme", yang belakangan  ini muncul  di  kalangan  kaum radikal di dunia  Barat.  Ia kemudian berbicara  mengenai konsepsi Marxis tentang integrasi yang  tidak terpisahkan  antara teori dan praktek.  Selama  diskusi,  Mandel menjawab sejumlah pertanyaan yang kontroversial di kalangan kaum radikal  dengan  argumen  panjang lebar.  Beberapa  di antaranya berbicara tentang azas sosial ekonomi dari Uni Sovyet,  "Revolusi Kebudayaan"  di  Cina, perlunya dibentuk sebuah  partai Leninis, dorongan moral lawan dorongan material, dan banyak hal lainnya.
(Gerakan-mahasiswa-revolusioner-ernest-mandel)

Sebelumnya saya ingin bercerita, “pernah suatu hari saya mengisi sebuah diskusi dengan tema (Aktivis Kampus) disebuah universitas swasta di jakarta. peserta diskusi pun sudah barang tentu semuanya Mahasiswa ‘termasuk saya’. waktu itu berbagai macam krakter mahasiswa yang hadir sesuai dengan background organisasi masing-masing, ada mahasiswa dari kelompok cipayung (PMII, GMNI, HMI, SYI’AH) dan beberapa dari kelompok mahasiswa yang berspektrum ‘Kiri’ (FMN, Pembebasan, LMND). saat itu tidak ada satupun mahasiswa yang mau mengaku bahwa dirinya adalah seorang aktivis, katanya (dengan miris hati ini mendengar) ‘Kami bukanlah promotor acara atau kurir proposal’ lah ? kok jawabnya gitu ?  

Apa itu aktiv, aktivis, dan aktivisme ? itulah yang menjadi pertanyaan mendasar untuk kemudian bisa menjawab pertanyaan secara keseluruhan mengapa harus bangga menjadi aktivis. Aktivis bukanlah bahasa baru di telinga mahasiswa hari ini, bahkan tidak malu-malu pun seringkali individu ataupun kelompok mahasiswa memberi gelar dirinya sebagai Aktivis Sejati. dari mana sebenarnya gelar itu bisa kita dapatkan ? apakah dari rektor, dosen, sesama mahasiswa, atau ketika seorang mahasiswa yang telah mengikuti acara seminar kemahasiswaan baru kemudian pantas di gelari seorang aktivis, atau bisa jadi setelah aktiv di Pramuka, Mapala, dan UKM-UKM lainnya barulah mahasiswa itu di pantas di katakan sebagai Aktivis. (ku pikir tidak sedangkal itu kita melihat dan menilainya).

Secara defenitif, Aktif dalam kamus besar bahasa indonesia berarti Giat atau Mampu beraksi dan bereaksi. kemudian aktivis artinya pelaku, pegiat, seorang penggerak. selanjutnya Aktivisme ialah doktrin yg menekankan perlunya tindakan ekstra dalam/untuk mencapai suatu tujuan. Singkatnya seperti itu arti secara defenitif Aktivisme. aktivisme seringkali juga di defenisikan sesuai dengan pemikiran individu masing-masing. sehingga terkadang lahir pula klaim “Aktivis Sejati” atas dirinya.

Aktivisme bukan berarti hanya ada di lingkungan mahasiswa atau kampus. bahkan aktivis-aktivis yang berkategori radikal mungkin tidak akan kita dapatkan di lingkungan mahasiswa justru di luar dari pada itu seperti di serikat Buruh, Nelayan, Petani, KMK, KMD dan serikat pemuda lumpen proletariat. Aktivis, Bukan sekadar predikat atau gelar. Namun secara esensinya ia memegang penuh tanggung jawab dan beban. Aktivis bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dengan keberadaannya. Mulai dari aktivis politik hingga kerohanian sama-sama tanggung jawab  untuk berkontribusi. aktivis juga sering di katakan sebagai pegiat atau pejuang yang bergulat pada persoalan normatifnya saja, contohnya Aktivis mahasiswa, ia akan memperjuangkan apa yang menjadi kepentingannya serta kepentingan organisasinya begitupun juga dengan serikat buruh dan kelompok-kelompok lainnya di semua elemen masyarakat.

kesalahpahaman yang sampai sekarang masih mencekoki kepala-kepala para pegiat kampus atau mahasiswa yang seringkali mengartikan “Aktivis” sesuai dengan barometer seperti ketika seorang / mahasiswa itu bergabung dengan suatu organisasi, kemudian juga ketika setelah mengikuti aktifitas akademik kemudian melanjutkannya dengan kegiatan di sekretariat organisasi atau pun UKM kampus. intinya bahwa seseorang tidak pantas di katakan sebagai seorang Aktivis jika rutinitas kesehariannya hanya berputar pada tataran (kelas – sekret/basecamp – kantin – membuat event/seminar – aksi di jalanan) dan begitulah seharusnya tanpa ada kesadaran atau perspektif klas yang lahir dan juga tumpulnya pembacaan akan situasi internasional, nasional, sampai daerah masing-masing, hingga dari semua itulah kemudian gagalnya mahasiswa-mahasiswa ini berpspektif politik sedini mungkin. Miris !

selanjutnya, selain kesalahpahaman atas esensi dari “aktivisme” yang masih mengakar di kepala mahasiswa-mahasiswa hari ini, ada juga kemudian penyakit yang berakibat sebuah perpecahan atau “Anti Persatuan” di kalangan mahasiswa, yaitu Eksklusif atau sektarian. apa yang di maksud eksklusif ? eksklusif ialah bentuk pemisahan diri atau secara tidak langsung mengkotakkan suatu kaum yang awalnya di sebut mahasiswa ini. entah itu dengan kebanggan atas atribut, benderah, Almamater. sehingga yang terjadi ialah nonsense nya kontribusi dari seorang menggelari dirinya sebagai seorang Aktivis ini. lalu masihkah pantas ia di sebut Aktivis ?

intinya bahwa gelar aktivis harus berbanding lurus dengan kontribusi atau apa yang telah kita berikan terhadap lingkungan sekitar entah dalam hal ekonomi-politik-sosial-budaya. jika belum melakukan itu, maka haruskah kita bangga dengan gelar aktivis ?

Penulis: Bukan Aktivis  

Related Posts

KENAPA HARUS BANGGA JADI AKTIVIS ?
4/ 5
Oleh

Berlangganan Melalui email

Jika Anda Menyukai Postingan Kami, Silahkan Subcribe Untuk Mendapatkan Updatenya Melalui Email.