KENAPA
HARUS BANGGA JADI AKTIVIS ?
Pidato
Mandel adalah polemik yang sangat hebat terhadap
kecenderungan "aktivisme" dan "spontanisme", yang
belakangan ini muncul di kalangan kaum radikal di dunia
Barat. Ia kemudian berbicara mengenai konsepsi Marxis tentang
integrasi yang tidak terpisahkan antara teori dan praktek.
Selama diskusi, Mandel menjawab sejumlah pertanyaan yang
kontroversial di kalangan kaum radikal dengan argumen panjang
lebar. Beberapa di antaranya berbicara tentang azas sosial ekonomi
dari Uni Sovyet, "Revolusi Kebudayaan" di Cina,
perlunya dibentuk sebuah partai Leninis, dorongan moral lawan dorongan
material, dan banyak hal lainnya.
(Gerakan-mahasiswa-revolusioner-ernest-mandel)
Sebelumnya
saya ingin bercerita, “pernah suatu hari
saya mengisi sebuah diskusi dengan tema (Aktivis Kampus) disebuah universitas
swasta di jakarta. peserta diskusi pun sudah barang tentu semuanya Mahasiswa ‘termasuk
saya’. waktu itu berbagai macam krakter mahasiswa yang hadir sesuai dengan
background organisasi masing-masing, ada mahasiswa dari kelompok cipayung
(PMII, GMNI, HMI, SYI’AH) dan beberapa dari kelompok mahasiswa yang berspektrum
‘Kiri’ (FMN, Pembebasan, LMND). saat itu tidak ada satupun mahasiswa yang mau
mengaku bahwa dirinya adalah seorang aktivis, katanya (dengan miris hati ini
mendengar) ‘Kami bukanlah promotor acara atau kurir proposal’ lah ? kok
jawabnya gitu ?
Apa itu aktiv,
aktivis, dan aktivisme ? itulah yang menjadi pertanyaan mendasar untuk kemudian
bisa menjawab pertanyaan secara keseluruhan mengapa harus bangga menjadi
aktivis. Aktivis bukanlah bahasa baru di telinga mahasiswa hari ini, bahkan
tidak malu-malu pun seringkali individu ataupun kelompok mahasiswa memberi
gelar dirinya sebagai Aktivis Sejati. dari mana sebenarnya gelar itu bisa kita
dapatkan ? apakah dari rektor, dosen, sesama mahasiswa, atau ketika seorang mahasiswa
yang telah mengikuti acara seminar kemahasiswaan baru kemudian pantas di gelari
seorang aktivis, atau bisa jadi setelah aktiv di Pramuka, Mapala, dan UKM-UKM
lainnya barulah mahasiswa itu di pantas di katakan sebagai Aktivis. (ku pikir
tidak sedangkal itu kita melihat dan menilainya).
Secara
defenitif, Aktif dalam kamus besar bahasa indonesia berarti Giat atau Mampu beraksi dan bereaksi. kemudian aktivis artinya pelaku, pegiat, seorang penggerak. selanjutnya
Aktivisme ialah doktrin yg menekankan
perlunya tindakan ekstra dalam/untuk mencapai suatu tujuan. Singkatnya
seperti itu arti secara defenitif Aktivisme. aktivisme seringkali juga di
defenisikan sesuai dengan pemikiran individu masing-masing. sehingga terkadang
lahir pula klaim “Aktivis Sejati” atas dirinya.
Aktivisme
bukan berarti hanya ada di lingkungan mahasiswa atau kampus. bahkan
aktivis-aktivis yang berkategori radikal mungkin tidak akan kita dapatkan di
lingkungan mahasiswa justru di luar dari pada itu seperti di serikat Buruh,
Nelayan, Petani, KMK, KMD dan serikat pemuda lumpen proletariat. Aktivis, Bukan
sekadar predikat atau gelar. Namun secara esensinya ia memegang penuh tanggung
jawab dan beban. Aktivis bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dengan
keberadaannya. Mulai dari aktivis politik hingga kerohanian sama-sama tanggung
jawab untuk berkontribusi. aktivis juga sering di katakan sebagai pegiat atau
pejuang yang bergulat pada persoalan normatifnya saja, contohnya Aktivis
mahasiswa, ia akan memperjuangkan apa yang menjadi kepentingannya serta
kepentingan organisasinya begitupun juga dengan serikat buruh dan
kelompok-kelompok lainnya di semua elemen masyarakat.
kesalahpahaman
yang sampai sekarang masih mencekoki kepala-kepala para pegiat kampus atau
mahasiswa yang seringkali mengartikan “Aktivis” sesuai dengan barometer seperti
ketika seorang / mahasiswa itu bergabung dengan suatu organisasi, kemudian juga
ketika setelah mengikuti aktifitas akademik kemudian melanjutkannya dengan
kegiatan di sekretariat organisasi atau pun UKM kampus. intinya bahwa seseorang
tidak pantas di katakan sebagai seorang Aktivis jika rutinitas kesehariannya
hanya berputar pada tataran (kelas – sekret/basecamp – kantin – membuat event/seminar
– aksi di jalanan) dan begitulah seharusnya tanpa ada kesadaran atau perspektif
klas yang lahir dan juga tumpulnya pembacaan akan situasi internasional,
nasional, sampai daerah masing-masing, hingga dari semua itulah kemudian
gagalnya mahasiswa-mahasiswa ini berpspektif politik sedini mungkin. Miris !
selanjutnya,
selain kesalahpahaman atas esensi dari “aktivisme” yang masih mengakar di
kepala mahasiswa-mahasiswa hari ini, ada juga kemudian penyakit yang berakibat
sebuah perpecahan atau “Anti Persatuan” di kalangan mahasiswa, yaitu Eksklusif
atau sektarian. apa yang di maksud eksklusif ? eksklusif ialah bentuk pemisahan
diri atau secara tidak langsung mengkotakkan suatu kaum yang awalnya di sebut
mahasiswa ini. entah itu dengan kebanggan atas atribut, benderah, Almamater.
sehingga yang terjadi ialah nonsense nya
kontribusi dari seorang menggelari dirinya sebagai seorang Aktivis ini. lalu
masihkah pantas ia di sebut Aktivis ?
intinya
bahwa gelar aktivis harus berbanding lurus dengan kontribusi atau apa yang
telah kita berikan terhadap lingkungan sekitar entah dalam hal
ekonomi-politik-sosial-budaya. jika belum melakukan itu, maka haruskah kita
bangga dengan gelar aktivis ?
Penulis: Bukan Aktivis
KENAPA HARUS BANGGA JADI AKTIVIS ?
4/
5
Oleh
Redaksi