Gerakan
Mahasiswa Parepare dan Issu Kenaikan BBMOleh
: Ame’ Nomaden (Ketua Umum GPMD SGMK Parepare)
Kado pertama di tahun pertama Presiden yang baru yaitu kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak atau BBM. Mengenai kenaikan harga BBM, mahasiswa-mahasiswa hampir di setiap daerah di Indonesia melakukan Aksi penolakan, Tak luput juga kota parepare yang di kenal sebagai kota pendidikan di bagian selatan sulawesi ini. Bahkan di makassar gejolak penolakan BBM telah berlangsung beberapa hari sampai kepada lahirnya issu-issu baru seperti represif militer dan polisi terhadap Mahasiswa maupun Kampus-kampus mahasiswa tersebut. Kenaikan harga BBM dan kekerasan terhadap mahasiswa serta pengrusakan kampus oleh Pihak kepolisian dan Militer adalah masalah yang kini di hadapi oleh Mahasiswa-mahasiswa Makassar Saat ini. Beda di makassar beda pula di Parepare. Issu Kenaikan BBM sudah lama di wacanakan namun baru akhir-akhir ini Mahasiswa-mahasiswa Parepare memperlihatkan eksistensinya walau dengan masih seperti biasanya yaitu secara Kompromis dan esklusif. UMPAR (Universitas Muhammadiyah Parepare) dan STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) adalah dua kampus yang kini telah memperlihatkan tajinya dalam masalah yang di hadapi rakyat Indonesia atas Rencana Kenaikan BBM. UMPAR dan STAIN yang di kenal sebagai kampus yang banyak menampung Mahasiswa di bandingkan dengan empat kampus lainnya di Kota Parepare. Setelah berita represif Militer terhadap mahasiswa yang menolak kenaikan BBM di Makassar mencuat, baru saat itu terlihat beberapa dari kalangan mahasiswa melakukan Aksinya. Mahasiswa UMPAR adalah Mahasiswa yang pertama kali melakukan Aksinya di momentum kali ini dengan mendatangi Gedung Anggota Dewan. Aksi mahasiswa tersebut belangsung damai karena memang jumlah demonstran masih dalam hitungan jari, namun ternyata telah tercium adanya indikasi Aksi yang di tunggangi oleh pihak Staf dari Kampus UMPAR sendiri. Entah bagaimana fakta yang sebenarnya namun inilah issu yang muncul pasca aksi dari mahasiswa UMPAR tersebut.
Kado pertama di tahun pertama Presiden yang baru yaitu kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak atau BBM. Mengenai kenaikan harga BBM, mahasiswa-mahasiswa hampir di setiap daerah di Indonesia melakukan Aksi penolakan, Tak luput juga kota parepare yang di kenal sebagai kota pendidikan di bagian selatan sulawesi ini. Bahkan di makassar gejolak penolakan BBM telah berlangsung beberapa hari sampai kepada lahirnya issu-issu baru seperti represif militer dan polisi terhadap Mahasiswa maupun Kampus-kampus mahasiswa tersebut. Kenaikan harga BBM dan kekerasan terhadap mahasiswa serta pengrusakan kampus oleh Pihak kepolisian dan Militer adalah masalah yang kini di hadapi oleh Mahasiswa-mahasiswa Makassar Saat ini. Beda di makassar beda pula di Parepare. Issu Kenaikan BBM sudah lama di wacanakan namun baru akhir-akhir ini Mahasiswa-mahasiswa Parepare memperlihatkan eksistensinya walau dengan masih seperti biasanya yaitu secara Kompromis dan esklusif. UMPAR (Universitas Muhammadiyah Parepare) dan STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) adalah dua kampus yang kini telah memperlihatkan tajinya dalam masalah yang di hadapi rakyat Indonesia atas Rencana Kenaikan BBM. UMPAR dan STAIN yang di kenal sebagai kampus yang banyak menampung Mahasiswa di bandingkan dengan empat kampus lainnya di Kota Parepare. Setelah berita represif Militer terhadap mahasiswa yang menolak kenaikan BBM di Makassar mencuat, baru saat itu terlihat beberapa dari kalangan mahasiswa melakukan Aksinya. Mahasiswa UMPAR adalah Mahasiswa yang pertama kali melakukan Aksinya di momentum kali ini dengan mendatangi Gedung Anggota Dewan. Aksi mahasiswa tersebut belangsung damai karena memang jumlah demonstran masih dalam hitungan jari, namun ternyata telah tercium adanya indikasi Aksi yang di tunggangi oleh pihak Staf dari Kampus UMPAR sendiri. Entah bagaimana fakta yang sebenarnya namun inilah issu yang muncul pasca aksi dari mahasiswa UMPAR tersebut.
Situasi
Gerakan mahasiswa sendiri di kota parepare sangatlah bebeda dari
Gerakan Mahasiswa pada umumnya. Kurang lebih ada 6 Kampus di kota
parepare dan di isi mahasiswa yang cukup lihai dalam mengolah issu
yang ada di Internal kampus di bandingkan masalah serius yang ada di
eksternal kampus atau lebih tepatnya lingkungan Masyarakat.
Organisasi-organisasi pun semakin bertambah di kota parepare ini itu
berarti paham-paham pun juga ikut lahir dan berarti semakin mengikis
eksistensi persatuan kaum Intelektual ini karena adanya sikap
sektarian dan intrik mengintrik sesama mahasiswa secara individu,
organisasional/kelompok bahkan memandang Almamater atau Kampus.
Organisasi background Islam lebih dominan di kota parepare namun
lebih parah lagi sesama background Islam pun juga tak luput dari
penyakit sektarian itu. Pertanyaan kemudian yang muncul adalah
bagaimana mahasiswa ini kemudian mampu mengawal Masalah besar seperti
rencana kenaikan BBM dengan kondisi yang begitu serius juga yang ada
di internal mahasiswa tersebut karena menyangkut persoalan persatuan
dan kesatuan persepsi serta gerakan.
Pada
tanggal 18 November 2014 pada akhirnya mahasiswa kembali turun
kejalan dengan melakukan aksi serupa yaitu dengan sikap Menolak
Kenaikan BBM. Aksi yang di lakukan oleh mahasiswa STAIN ini di
pelopori oleh para petinggi-petinggi mahasiswa atau dari elit Senat
Mahasiswa yang menggalang massa di Kampus dengan damai. Aksi yang
berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini di awali dari
penggalangan massa di setiap kelas atau jurusan di lingkungan kampus
STAIN alhasil ada sebahagian Mahasiswa yang notabenenya mahasiswa
semester awal yang ikut intruksi seniornya dengan meninggalkan Kuliah
yang sedang berlangsung untuk melakukan Aksi. Aksi dengan beberapa
motor dari mahasiswa tersebut melakukan konvoi ke pusat kota parepare
tepatnya di Bundaran Blue Band, aksi yang di lakukan secara damai ini
namun tetap saja mendapat penilaian dari pihak yang sedang di
teriakkan nasibnya yaitu warga sekitar. Warga sekitar berpendapat
bahwa “Aksi mahasiswa
boleh-boleh saja, itu adalah bagian dari
Demokrasi namun Aksi
dengan konvoi dari beberapa motor dan pengendara yang ugal-ugalan
justru semakin menunjukkan watak geng motor bukan seorang mahasiswa,”
Kata salah seorang
Tukang Ojek yang berpangkalan di sekitar bundaran Blue Band itu.
Warga juga kesal dengan Aksi mahasiswa yang sengaja mengeraskan
Knalpot Motornya karena membuat bising serta keributan dan juga
dengan mengendarai motor dengan ugal-ugalan membuat warga kesal
karena resiko kecelakaan bisa saja menghampiri mahasiswa tersebut
maupun warga yang juga sedang berkendara dan yang sedang berjalan
kaki di pinggir jalan.
Aksi
mahasiswa bukannya mendapat dukungan namun lebih kepada ocehan dan
penilaian buruk dari masyarakat karena perilaku mahasiswa-mahasiswa
tersebut. Bahkan seorang warga yang bernama bapak S mengatakan “kalau
memang mahasiswa-mahasiswa ini berniat menolak kenaikan BBM, kenapa
mereka justru membuang-buang bensin dengan melakukan konvoi keliling
kota kemudian juga pastinya akan lebih menambah polusi yang mengotori
udara parepare.” Mungkin
memang seperti itulah aksi normatif/ekonomis yang mungkin hanya
berlangsung selama issu itu mencuat dan tidak ada keberlanjutan dari
sikap yang telah di sepakati. Aksi yang di lakukan oleh mahasiswa
STAIN ini juga tetap mengundang bau-bau represif dari kepolisian
buktinya setelah mendatangi gedung DPRD Kota Parepare dan sejenak
berorasi di Bundaran Blue Band tujuan akhirnya tiba di mana pihak
yang paling bersinggungan dengan masalah Kenaikan BBM ini yaitu PT.
PERTAMINA Cab. Parepare. Aksi yang di jaga ketat oleh pihak
kepolisian ini akhirnya membuahkan hasil yang membawa mahasiswa harus
kembali melakukan aksi di esok hari dengan massa yang lebih massif.
Pertanyaan awal pun kembali mencuat yaitu bagaimana kemudian
mahasiswa-mahasiswa ini menggalang massa yang lebih massif dari
sebelumnya dengan situasi kondisi yang mengalami kesenjangan
persatuan di internal mahasiswa tersebut. Namun anggapan buruk itu
pun hilang seketika karena pada tanggal 19 dini hari mahasiswa
kembali turun ke jalan dengan massa yang tiga kali lipat lebih banyak
dari sebelumnya dan berlindung dalam Aliansi yang telah di sepakati
dua kampus ini yaitu UMPAR dan STAIN Aliansi baru itupun melakukan
Aksi perdananya di rute yang sama yaitu Kantor DPRD dan terakhir di
PT. PERTAMINA Cab. Parepare. AMPERA (Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat)
adalah hasil dari konsolidasi dua kampus yang juga pernah mengalami
masalah intrik mengintrik sesama mahasiswanya dan juga mungkin sesama
para petinggi atau elit borokrasi dari kedua kampus ini. Namun dengan
adanya AMPERA semoga ini menjadi langkah awal untuk lebih
mengedepankan persatuan mahasiswa di bandingkan gerakan yang esklusif
yang sering di lakukan mahasiswa parepare. Hingga akhirnya terbentuk
konsolidasi besar-besaran dari semua kampus di kota parepare.
AMPERA
(Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat) akhirnya melakukan aksi perdananya
dengan rute yang masih sama seperti pada tanggal 18 kemarin. AMPERA
adalah aliansi dari dua kampus yaitu STAIN Parepare dan UMPAR yang
sama-sama di pelopori oleh petinggi-petinggi mahasiswa (BEM/Senat
Mahasiswa & Dewan Mahasiswa) dari dua kampus tersebut. Seperti
biasanya aksi di lakukan di kampus masing-masing yang beraliansi
dalam AMPERA pertama sebagai titik kumpul para pelopor ini juga untuk
melakukan penggalangan massa yang lebih banyak lagi.
Bersambung .......>>>
Bersambung .......>>>
Gerakan Mahasiswa Parepare dan Issu Kenaikan BBM
4/
5
Oleh
Redaksi